(63) Bila orang bodoh dapat menyadari kebodohannya,
maka ia dapat dikatakan bijaksana;
tetapi orang bodoh yang menganggap dirinya bijaksana,
sesungguhnya dialah yang disebut orang bodoh.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Suatu ketika dua orang pencopet bersama-sama dengan sekelompok umat awam pergi ke Vihara Jetavana. Di sana Sang Buddha sedang memberikan khotbah. Satu di antara mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan mencapai tingkat kesucian sotapatti.
Tetapi pencopet satunya lagi tidak memperhatikan khotbah yang disampaikan, karena ia hanya bertujuan untuk mencuri ; dan ia berhasil mengambil sedikit uang dari salah seorang umat.
Setelah khotbah berakhir mereka pulang dan memasak makan siangnya di rumah pencopet kedua yang tadi berhasil mencuri uang. Istri dari pencopet kedua mengejek pencopet pertama: "Kamu amat bijaksana ya, bahkan sampai tidak punya apapun untuk dimasak di rumahmu."
Mendengar pernyataan tersebut, pencopet pertama berpikir, "Orang ini sangat bodoh, dia berpikir bahwa dia sangat pintar." Kemudian bersama-sama dengan sanak keluarganya, ia menghadap Sang Buddha dan menceritakan apa yang telah terjadi pada dirinya.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:
"Yo bālo maññatī bālyaṃ paṇḍito vāpi tena so,
bālo ca paṇḍitamānī sa ve bālo ti vuccati."
Bila orang bodoh dapat menyadari kebodohannya,
maka ia dapat dikatakan bijaksana;
tetapi orang bodoh yang menganggap dirinya bijaksana,
sesungguhnya dialah yang disebut orang bodoh.
Semua sanak saudara pencopet pertama tersebut mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.