Tuesday, 16 November 2010

Kisah Ananda, Seorang Hartawan (Dhammapada 5 : 62)

V. Bala Vagga - Orang Bodoh

(62) "Anak-anak ini milikku, kekayaan ini milikku,"
demikianlah pikiran orang bodoh.
Apabila dirinya sendiri sebenarnya bukan merupakan miliknya,
bagaimana mungkin anak dan kekayaan itu menjadi miliknya?
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tinggallah seorang hartawan yang sangat kaya bernama Ananda di Savatthi. Meskipun dia memiliki delapan puluh crore, dia enggan sekali berdana. Kepada anaknya Mulasiri, dia sering mengatakan, "Jangan berpikir bahwa kekayaan yang kita miliki saat ini banyak sekali. Jangan berikan apapun dari harta milikmu, karena kau harus menambah hartamu. Jika tidak, kekayaanmu semakin berkurang."

Orang kaya ini memiliki lima guci berisi emas yang dikubur di dalam rumahnya, dan ia meninggal dunia tanpa memberitahukan tempat penyimpanan guci itu kepada putranya.

Ananda, orang kaya yang telah meninggal tadi, dilahirkan di sebuah perkampungan pengemis, tidak jauh dari Savatthi. Dimulai sejak ibunya mengandung, penghasilan para pengemis menurun. Penduduk perkampungan itu berpikir bahwa ada seseorang yang tidak beruntung dan menyebabkan kesialan di antara mereka. Dengan membagi mereka ke dalam kelompok-kelompok dan melakukan proses eliminasi, mereka sampai pada kesimpulan bahwa pengemis wanita yang sedang mengandung itu yang mendatangkan kesialan bagi mereka. Maka ia pun diusir keluar dari desa.

Ketika anaknya lahir, anaknya sangat jelek dan menjijikan. Jika wanita itu pergi mengemis sendirian ia akan memperoleh hasil seperti biasa, tetapi jika ia pergi bersama putranya, ia tidak mendapatkan apa-apa. Maka, ketika putranya dapat pergi meminta-minta sendiri, ibunya memberikan piring mengemis di tangannya dan kemudian meninggalkannya. Ketika pengemis muda itu berkelana ke Savatthi, ia teringat rumahnya dan kehidupannya yang lampau. Ia lalu mengunjungi rumah tersebut. Anak-anak dari putranya, Mulasiri, melihatnya. Mereka sangat ketakutan melihat penampilannya yang buruk dan mulai menangis. Pelayan-pelayan kemudian memukulinya dan mendorongnya keluar rumah.

Sang Buddha yang sedang berpindapatta melihat peristiwa itu dan meminta Y.A. Ananda untuk mengundang Mulasiri. Ketika Mulasiri datang, Sang Buddha memberitahukan bahwa pengemis muda tadi adalah ayahnya sendiri pada kehidupan yang lampau. Tetapi Mulasiri tidak mempercayainya. Maka Sang Buddha menyuruh pengemis muda itu untuk menunjukkan dimana ia mengubur lima guci emasnya. Akhirnya Mulasiri menerima kenyataan yang ada, dan sejak itu ia menjadi umat awam pengikut Sang Buddha.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:

"Puttā m’ atthi dhanaṃ m’atthi
iti bālo vihaññati
attā hi attano n’atthi
kuto puttā kuto dhanaṃ."

"Anak-anak ini milikku, kekayaan ini milikku,"
demikianlah pikiran orang bodoh.
Apabila dirinya sendiri sebenarnya bukan merupakan miliknya,
bagaimana mungkin anak dan kekayaan itu menjadi miliknya?