Monday, 18 October 2010

Kisah Mahakaccayana Thera (Dhammapada 7 : 94)

VII. Arahanta Vagga - Arahat 

(94) Ia yang telah menaklukkan dirinya,
bagaikan seorang kusir mengendalikan kudanya,
yang telah bebas dari kesombongan dan kekotoran batin,
maka para dewa pun akan mengasihi orang suci seperti ini.
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Pada saat bulan purnama, yang juga merupakan akhir masa vassa, Sakka bersama sejumlah besar dewa datang untuk memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, yang pada saat itu tinggal di Pubbarama, sebuah vihara yang dibangun oleh Visakha. Waktu itu Sang Buddha disertai oleh murid-murid utama dan semua bhikkhu senior.

Mahakaccayana Thera yang bervassa di Avanti, belum tiba dan tempat duduk untuk beliau masih kosong. Sakka memberi hormat kepada Sang Buddha dengan bunga, dupa, dan wangi-wangian. Pada saat Sakka melihat tempat duduk yang masih kosong, ia menyatakan bahwa ia berharap Mahakaccayana Thera segera datang agar ia dapat memberi hormat juga kepadanya. Seketika Mahakaccayana Thera datang, Sakka sangat senang dan dengan bersemangat mempersembahkan bunga, dupa, dan wangi-wangian.

Para bhikkhu terpesona oleh Sakka yang menunjukkan kesetiaannya kepada Mahakaccayana, tetapi beberapa bhikkhu berpikir bahwa Sakka hanya menyukai Mahakaccayana.

Kepada mereka sang Buddha berkata "Seseorang yang terkendali indrianya dicintai oleh para dewa dan manusia."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini:

"Yass’ indriyāni samathaṃ gatāni
assā yathā sārathinā sudantā
pahīnamānassa anāsavassa
devāpi tassa pihayanti tādino."

Ia yang telah menaklukkan dirinya,
bagaikan seorang kusir mengendalikan kudanya,
yang telah bebas dari kesombongan dan kekotoran batin,
maka para dewa pun akan mengasihi orang suci seperti ini.