Tuesday, 20 July 2010

Kisah Sakka (Dhammapada 15 : 206-208)

XV. Sukha Vagga – Kebahagiaan

(206) Bertemu dengan para ariya adalah baik,
tinggal bersama mereka merupakan suatu kebahagiaan,
orang akan selalu berbahagia bila tak menjumpai orang bodoh.

(207) Seseorang yang sering bergaul dengan orang bodoh
pasti akan meratap lama sekali.
Karena bergaul dengan orang bodoh adalah penderitaan
seperti tinggal bersama musuh.
Tetapi, siapa yang tinggal bersama orang bijaksana
akan berbahagia, sama seperti sanak keluarga yang kumpul bersama.

(208) Karena itu, ikutilah orang yang pandai, bijaksana,
terpelajar, tekun, patuh dan mulia;
hendaklah engkau selalu dekat dengan orang yang bajik
dan pandai seperti itu, bagaikan bulan mengikuti peredaran bintang.
---------------------------------------------------------------------------------------------

Kira-kira sepuluh bulan sebelum Sang Buddha merealisasi kebebasan akhir (parinibbana), Beliau melaksanakan masa vassa di Veluva, sebuah desa dekat Vesali. Ketika bertempat tinggal di sana, Beliau mengalami sakit desentri.

Ketika Dewa Sakka mengetahui Sang Buddha sakit, dia datang ke desa Veluva untuk merawat Sang Buddha selama sakit. Sang Buddha berkata kepadanya, agar jangan mengkhawatirkan perihal kesehatan Beliau, karena terdapat banyak bhikkhu di dekat Beliau. Tetapi Sakka tidak mendengarkan-Nya dan tetap merawat Sang Buddha hingga sembuh.

Para bhikkhu terkesan dan kagum mengetahui Sakka sendiri yang merawat Sang Buddha. Ketika Sang Buddha mendengar kata-kata para bhikkhu, Beliau berkata, "Para bhikkhu! Tidaklah mengagetkan perihal cinta kasih dan bakti Sakka kepada Tathagata. Pernah, ketika Sakka yang dulu bertambah tua dan akan meninggal dunia, dia datang menjumpai Tathagata. Kemudian Tathagata menjelaskan Dhamma kepadanya. Saat mendengarkan Dhamma dia mencapai tingkat kesucian sotapatti; kemudian dia meninggal dunia dan lahir kembali sebagai Sakka yang sekarang. Semua yang terjadi kepadanya adalah sederhana karena dia mendengarkan Dhamma yang telah kujelaskan. Sesungguhnya para bhikkhu, adalah baik bertemu dengan orang suci (ariya); adalah berbahagia dapat tinggal bersama mereka; tinggal bersama orang bodoh sesungguhnya adalah menderita."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini :

"sādhu dassanam ariyānaṃ sannivāso sadā sukho,
adassanena bālānaṃ niccam eva sukhī siyā.

bālasaṅgatacārī hi dīgham addhāna socati,
dukkho bālehi saṃvāso amitteneva sabbadā,
dhīro ca sukhasaṃvāso ñātīnaṃ va samāgamo.

dhīrañ ca paññañ ca bahussutañ ca
dhoreyyasīlaṃ vatavantam āriyaṃ
taṃ tādisaṃ sappurisaṃ sumedhaṃ
bhajetha nakkhattapathaṃ va candimā"

Bertemu dengan para ariya adalah baik,
tinggal bersama mereka merupakan suatu kebahagiaan,
orang akan selalu berbahagia
bila tak menjumpai orang bodoh.

Seseorang yang sering bergaul dengan orang bodoh pasti akan meratap lama sekali.
Karena bergaul dengan orang bodoh adalah penderitaan seperti tinggal bersama musuh.
Tetapi, siapa yang tinggal bersama orang bijaksana akan berbahagia,
sama seperti sanak keluarga yang kumpul bersama.

Karena itu, ikutilah orang yang pandai, bijaksana,
terpelajar, tekun, patuh dan mulia;
hendaklah engkau selalu dekat dengan orang yang bajik dan pandai seperti itu,
bagaikan bulan mengikuti peredaran bintang.