Friday, 28 May 2010

Kisah Wanita yang Memakan Habis Telur-telur dari Seekor Ayam (Dhammapada 21 : 291)

XXI. Pakinnaka Vagga - Bunga Rampai

(291) Barangsiapa menginginkan kebahagiaan bagi dirinya sendiri
dengan menimbulkan penderitaan orang lain,
maka ia tidak akan terbebas dari kebencian;
ia akan terjerat dalam kebencian.
------------------------------------------------------------------------------------------------------

Suatu ketika hiduplah seorang wanita di suatu desa dekat Savatthi. Ia mempunyai seekor ayam betina dalam rumahnya; setiap kali ayam itu bertelur, ia memakannya. Ayam itu sangat terluka hatinya dan marah serta bertekad membalas dendam kepada wanita tersebut, sehingga ayam itu membuat suatu keinginan agar dilahirkan sebagai makhluk dengan posisi yang dapat membunuh keturunan wanita itu. Tekad ayam itu terjadi, ia terlahir kembali menjadi seekor kucing, dan si wanita terlahir kembali sebagai seekor ayam betina di rumah yang sama. Kucing itu memakan habis telur-telur si ayam. Dalam kehidupan mereka berikutnya, ayam betina menjadi seekor harimau dan kucing menjadi seekor rusa. Harimau memakan rusa beserta keturunannya. Dengan demikian, permusuhan berlangsung terus selama lima ratus kali kehidupan kedua makhluk tersebut.

Pada masa kehidupan Sang Buddha, salah satu dari mereka terlahir kembali sebagai seorang wanita dan yang satu lagi sebagai yakkhini*.

Dalam suatu kesempatan, wanita tersebut dalam perjalanan kembali dari rumah orang tuanya menuju rumahnya sendiri dekat Savatthi. Suaminya dan anak laki-lakinya yang masih balita juga bersamanya. Ketika mereka sedang beristirahat dekat suatu kolam di tepi jalan, suaminya pergi untuk mandi di kolam tersebut. Pada saat itu si wanita melihat yakkhini itu dan mengenalinya sebagai musuh lamanya. Dengan membawa anaknya, ia melarikan diri menjauhi yakkhini itu, menuju Vihara Jetavana tempat Sang Buddha sedang membabarkan Dhamma. Ia meletakkan anaknya di kaki Sang Buddha.

Yakkhini yang mengejar wanita itu tiba di pintu vihara, namun makhluk halus penjaga pintu gerbang vihara tidak mengijinkannya masuk. Ketika melihat hal itu Sang Buddha menyuruh Y.A. Ananda untuk membawa yakkhini itu kehadapan Beliau. Ketika yakkhini itu datang, Sang Buddha menegur wanita dan yakkhini itu, perihal rantai permusuhan yang panjang di antara mereka. Beliau mengatakan, "Jika kamu berdua tidak datang kepada-Ku hari ini, permusuhanmu akan berlangsung tanpa akhir. Permusuhan tidak dapat diredakan oleh permusuhan, permusuhan hanya dapat diredakan oleh cinta kasih."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

"Paradukkhūpadhānena yo attano sukham icchati
verasaṃsaggasaṃsaṭṭho verā so na pamuccati."

Barangsiapa menginginkan kebahagiaan bagi dirinya sendiri
dengan menimbulkan penderitaan orang lain,
maka ia tidak akan terbebas dari kebencian;
ia akan terjerat dalam kebencian.

Pada saat khotbah Dhamma berakhir, yakkhini itu menyatakan berlindung dalam Tiga Permata, yaitu Buddha, Dhamma, dan Sangha; sedangkan wanita itu mencapai tingkat kesucian sotapatti.
-------
 

Notes :
 
* Yakkhini atau yakkhi = yakkha perempuan.
Yakkha (Pali) = yaksha (Sanskrit), 夜叉 yè chā (Chinese), Yasha (Japanese), ba-lu (Burmese), gnod sbyin (Tibetan).
Yakkha termasuk dalam kategori alam dewa Catummaharajika / alam 4 Raja Dewa (catur = 4, maharaja = raja besar)


Yakkha bermacam-macam tabiatnya, ada yang berperangai buruk dan jahat dan suka mengganggu manusia, ada pula yang berperangai baik dan suka menolong manusia, bahkan mengabulkan permintaan. Untuk paritta perlindungan terhadap yakkha jahat kalau pergi ke hutan-hutan, bacalah Atanatiya Sutta / Atanatiya Paritta.
Tidak semua yakkha merupakan pengikut Sang Buddha. Yakkha memiliki kemampuan gaib, seperti menyalin rupa, dll. Yakkha juga memiliki berbagai tingkat, ada yakkha penasehat raja, dll. Mereka menguasai/menjaga/tinggal di danau, sungai, pohon, dll.

Yakkha-yakkha ini dipimpin oleh salah satu dari 4 Raja Dewa dari alam Catummaharajika, yaitu Raja Vessavana (Vaisravana/Kuvera).