Tuesday 23 March 2010

Kisah Sariputta Thera (Dhammapada 26 : 400)

BAB XXVI. Brahmana Vagga – Brahmana

(400) Seseorang yang telah bebas dari kemarahan,
menjalankan sila, bajik, bebas dari nafsu keinginan,
dan yang memiliki tubuh ini sebagai tubuh-akhir,
maka ia Kusebut seorang `brahmana`.
---------------------------------------------------------------------------------------------

Ketika Sang Buddha sedang menetap di Vihara Veluvana, Y.A. Sariputta disertai dengan lima ratus bhikkhu, memasuki desa Nalaka dan berdiri di muka pintu rumah ibunya sendiri untuk berpindapatta. Ibunya mengundang mereka masuk ke dalam rumah.

Ketika ia sedang memberikan makanan kepada anaknya, ia berkata, "O, kau pemakan makanan sisaan! Gagal mendapat bubur nasi asam sisa, kamu pergi dari rumah ke rumah orang tak dikenal, menjilati sisa bubur di punggung sendok! Dan demi hal ini kau meninggalkan delapan puluh crore harta kekayaan untuk menjadi seorang bhikkhu! Kamu telah menghancurkanku! Nih makan!"

Kemudian ia memberikan makanan kepada para bhikkhu yang lain, dan berkata kepada mereka dengan kasar, "Jadi kalian ini rupanya yang membuat anakku jadi pembantu kalian! Nih makan!"

Y.A. Sariputta tidak berkata apapun, ia mengambil mangkuk pattanya dan pulang kembali ke vihara.

Setelah tiba di vihara, para bhikkhu memberitahu Sang Buddha bagaimana Y.A. Sariputta telah dengan sabar menerima kata-kata hinaan dari ibunya. Kepada mereka, Sang Buddha mengatakan bahwa para arahat tidak pernah marah, mereka tidak pernah kehilangan kesabarannya.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

"Akkodhanaṃ vatavantaṃ sīlavantaṃ anussutaṃ
dantaṃ antimasārīraṃ tam ahaṃ brūmi brāhmaṇaṃ."

Seseorang yang telah bebas dari kemarahan, menjalankan sila, bajik,
bebas dari nafsu keinginan, terkendali
dan yang memiliki tubuh ini sebagai tubuh terakhirnya,
maka ia Kusebut seorang `brahmana`.