Wednesday, 24 March 2010

Kisah Brahmana Bersaudara Yang Kasar (Dhammapada 26 : 399)

BAB XXVI. Brahmana Vagga – Brahmana

(399) Seseorang yang tidak marah,
yang dapat menahan hinaan, penganiayaan, dan hukuman,
yang memiliki senjata kesabaran,
maka ia Kusebut seorang `brahmana`.
----------------------------------------------------------------------------------------------

Suatu ketika ada seorang brahmana bernama Bharadvaja, isterinya bernama Dhananjani. Dhananjani telah mencapai tingkat kesucian sotapatti. Setiap kali ia bersin, batuk atau tersandung, ia akan berkata "Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa". (Artinya: Hormat padaNya / terpujilah, Sang Bhagava, Yang Maha Suci Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna).

Suatu hari, brahmana itu mengundang brahaman teman-temannya untuk makan dan tiba-tiba istri brahmana mengucapkan Namo Tassa dst dengan suara keras. Kata-kata pemuliaan bagi Sang Buddha ini sangat tidak disukai oleh suaminya, yang seorang brahmana. Brahmana itu marah dan berkata, “Aku akan pergi mendebat dan mengalahkan gurumu”. Istrinya menjawab, “Tentu saja, silakan kau pergi kesana, Brahmana; aku tak pernah melihat ada yang dapat mengalahkan Sang Buddha dalam berdebat. Walaupun demikian, pergilah dan tanyalah Sang Buddha.”

Brahmana itu pergi kepada Sang Buddha, dan bahkan tanpa memberi salam atau hormat, berdiri di samping dan bertanya,

“Apa yang harus kita bunuh untuk dapat hidup dengan bahagia dan damai?

Apa yang harus dihancurkan agar tak lagi bersedih?

Dan apa yang kau setujui untuk dibunuh, Gotama?“

Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, Sang Buddha menjawab, "O, brahmana untuk dapat hidup dengan bahagia dan damai, seseorang harus dapat membunuh kebencian (dosa). Membunuh kebencian seseorang adalah yang disenangi dan dipuji oleh para Buddha dan para arahat."

Setelah mendengar kata-kata Sang Buddha, brahmana tersebut menjadi sangat terkesan dan puas dengan jawaban tersebut, sehingga ia mohon untuk diijinkan masuk dalam pasamuan bhikkhu. Ia diterima masuk dalam pasamuan bhikkhu dan menjadi seorang arahat setelahnya.

Brahmana ini mempunyai seorang saudara laki-laki yang sangat terkenal karena kata-kata kasarnya dan dikenal sebagai Akkosaka Bharadvaja, Bharadvaja yang suka menghina/berkata kasar. Ketika Akkosaka Bharadvaja mendengar bahwa saudara laki-lakinya telah masuk dalam pasamuan bhikkhu, ia menjadi sangat marah. Ia langsung pergi ke vihara dan berkata kasar kepada Sang Buddha.

Sang Buddha pada gilirannya bertanya, "O,brahmana, kita misalkan, engkau menawarkan beberapa makanan kepada beberapa tamu dan mereka meninggalkan rumah tanpa mengambil makanan tersebut. Karena tamu tersebut tidak menerima makananmu itu, kemudian makanan itu menjadi milik siapa?"

Brahmana tersebut menjawab, bahwa makanan itu menjadi miliknya.

Setelah menerima jawaban tersebut Sang Buddha berkata, "Dengan cara yang sama, O brahmana, karena Aku tidak menerima hinaan/kata-kata kasarmu, maka hinaan tersebut akan kembali kepadamu."

Akkosaka Bharadvaja dengan segera menyadari kebijaksanaan dari kata-kata tersebut dan ia menaruh rasa hormat kepada Sang Buddha. Ia juga memasuki pasamuan bhikkhu, kemudian ia menjadi seorang Arahat.

Setelah Akkosaka Bharadvaja memasuki Sangha, dua saudara laki-laki ini juga datang menemui Sang Buddha dengan tujuan yang sama yaitu menghina/berkata kasar kepada Sang Buddha. Mereka juga dibuat melihat cahaya Kebenaran oleh Sang Buddha dan mereka juga, pada gilirannya memasuki pasamuan bhikkhu. Akhirnya, mereka berdua juga menjadi arahat.

Suatu sore pada saat berkumpulnya para bhikkhu, para bhikkhu berkata kepada Sang Buddha, "O betapa indahnya dan betapa agungnya kebajikan Sang Buddha ! Empat brahmana bersaudara datang kemari untuk menghina Sang Buddha; alih-alih berdebat dengan mereka; Beliau membuat mereka melihat cahaya, dan sebagai hasilnya, Sang Buddha telah menjadi pelindung bagi mereka."

Kepada mereka Sang Buddha menjawab, "Para bhikkhu! karena Aku sabar dan menahan diri dan tidak melakukan kesalahan kepada mereka yang melakukan kesalahan kepadaKu, Aku menjadi pelindung bagi banyak orang."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

"Akkosaṃ vadhabandhañ ca aduṭṭho yo titikkhati
khantībalaṃ balānīkaṃ tam ahaṃ brūmi brāhmaṇaṃ."

Seseorang yang tidak marah, yang dapat menahan hinaan,
penganiayaan, dan hukuman
yang memiliki senjata kesabaran,
maka ia Kusebut seorang `brahmana`.