Monday, 1 March 2010

Kisah Angulimala (Dhammapada 26 : 422)

BAB XXVI. Brahmana Vagga – Brahmana
 
(422) Ia yang mulia, agung, pahlawan, pertapa agung (mahesi),
penakluk, orang tanpa nafsu, murni,
 telah mencapai penerangan,
maka ia Kusebut seorang `brahmana`.
----------------------------------------------------------------------------------------------
 
Pada satu kesempatan, Raja Pasenadi dan Ratu Mallika memberikan dana makanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu yang berjumlah lima ratus, dalam wujud suatu pemberian yang tidak dapat dilampaui oleh siapapun juga. Pada saat upacara berlangsung, setiap bhikkhu didampingi oleh seekor gajah yang memegang payung putih yang menutupi kepala bhikkhu tersebut dari sinar matahari. Namun demikian, mereka hanya mendapatkan empat ratus sembilan puluh sembilan gajah yang terlatih, sehingga mereka harus menggunakan seekor gajah yang tidak terlatih, dan gajah tersebut ditempatkan untuk memegang payung dekat Angulimala Thera. Setiap orang takut bahwa gajah yang belum terlatih itu mungkin menyebabkan kerusuhan, tetapi ketika dibawa dekat Angulimala Thera, ia menjadi jinak.

Berkaitan dengan kejadian ini para bhikkhu kemudian bertanya kepada Angulimala apakah ia tidak merasa takut atau tidak. Kepada pertanyaan ini Angulimala menjawab bahwa ia tidak merasa takut. Para bhikkhu kemudian menemui Sang Buddha dan berkata bahwa Angulimala Thera menegaskan dirinya telah mencapai tingkat kesucian arahat.

Kepada mereka Sang Buddha berkata, "Para bhikkhu! Adalah cukup jelas bahwa Angulimala tidak takut, mereka yang seperti dirinya juga tidak takut."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

"Usabhaṃ pavaraṃ vīraṃ
mahesiṃ vijitāvinaṃ
anejaṃ nhātakaṃ buddhaṃ
tam ahaṃ brūmi brāhmaṇaṃ."

Ia yang mulia, agung, pahlawan, pertapa agung (mahesi),
penakluk, orang tanpa nafsu, murni,
telah mencapai penerangan,
maka ia Kusebut seorang `brahmana`.
---------

Notes :

Kisah lengkap Angulimala di nomer 173, dan kisah pemberian dana besar tersebut di nomer 177.