Tuesday 28 December 2010

Kisah Pertengkaran di Kosambi (Dhammapada 1: 6)

I. Yamaka Vagga - Syair Berpasangan

(6) Sebagian besar orang tidak mengetahui bahwa
dalam pertengkaran mereka akan binasa;
tetapi mereka yang dapat menyadari kebenaran ini
akan segera mengakhiri semua pertengkaran.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Suatu waktu, bhikkhu-bhikkhu di Kosambi terbentuk menjadi dua kelompok. Kelompok yang satu pengikut guru ahli Vinaya, sedang kelompok lain pengikut guru ahli Dhamma. Mereka sering berselisih paham sehingga menyebabkan pertengkaran. Mereka juga tidak mengacuhkan nasehat Sang Buddha. Berkali-kali Sang Buddha menasehati mereka, tetapi tak berhasil, walaupun Sang Buddha juga mengetahui bahwa pada akhirnya mereka akan menyadari kesalahannya.

Maka Sang Buddha meninggalkan mereka dan menghabiskan masa vassa-Nya sendirian di hutan Rakkhita dekat Palileyyaka. Di sana Sang Buddha dilayani oleh gajah Palileyya.

Umat di Kosambi kecewa dengan kepergian Sang Buddha. Mendengar alasan kepergian Sang Buddha, mereka menolak memberikan kebutuhan hidup para bhikkhu di Kosambi.

Karena hampir tak ada umat yang menyokong kebutuhan para bhikkhu, mereka hidup menderita. Akhirnya mereka menyadari kesalahan mereka, dan menjadi rukun kembali seperti sebelumnya.

Namun, umat tetap tidak memperlakukan mereka sebaik seperti semula, sebelum para bhikkhu mengakui kesalahan mereka di hadapan Sang Buddha. Tetapi, Sang Buddha berada jauh dari mereka dan waktu itu masih pada pertengahan vassa. Terpaksalah para bhikkhu menghabiskan vassa mereka dengan mengalami banyak penderitaan.

Di akhir masa vassa, Yang Ariya Ananda bersama banyak bhikkhu lainnya pergi menemui Sang Buddha, menyampaikan pesan Anathapindika serta para umat yang memohon Sang Buddha agar pulang kembali. Demikianlah. Sang Buddha kembali ke Vihara Jetavana di Savatthi. Di hadapan Beliau para bhikkhu berlutut dan mengakui kesalahan mereka.

Sang Buddha mengingatkan, bahwa pada suatu saat mereka semua pasti mengalami kematian, oleh karena itu mereka harus berhenti bertengkar dan jangan berlaku seolah-olah mereka tidak akan pernah mati.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini :

"Pare ca na vijānanti: “mayam ettha yamāmase”
ye ca tattha vijānanti tato sammanti medhagā."

Sebagian besar orang tidak mengetahui bahwa,
dalam pertengkaran mereka akan binasa;
tetapi mereka, yang dapat menyadari kebenaran ini;
akan segera mengakhiri semua pertengkaran.

Semua bhikkhu mencapai tingkat kesucian sotapatti*, setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
------------

Notes :

Ada 4 macam tingkat kesucian :

1. sotapatti (pemasuk arus - hanya akan ada 7 kelahiran lagi baginya, orangnya disebut sotapanna, seorang sotapanna tidak akan jatuh ke alam rendah),
2. sakadagami (hanya akan ada 1 kelahiran lagi baginya sebagai manusia),
3. anagami (tidak akan lahir kembali menjadi manusia, tetapi di alam Suddhavasa), dan
4. arahat (tiada kelahiran lagi baginya di manapun juga)