(71) Suatu perbuatan jahat yang telah dilakukan tidak segera menghasilkan buah,
seperti air susu yang tidak langsung menjadi dadih;
Demikianlah perbuatan jahat mengikuti orang bodoh,
seperti api membara yang tertutup abu.
------------------------------------------------------------------------------------------------
Murid utama Sang Buddha, Maha Moggallana Thera sedang dalam perjalanan untuk menerima dana makanan bersama Lakkhana Thera di Rajagaha. Ketika melihat sesuatu, beliau tersenyum, tetapi tidak mengatakan apa-apa.
Setelah tiba di vihara, Maha Moggallana Thera memberitahu Lakkhana Thera, bahwa beliau tersenyum karena melihat makhluk peta (hantu kelaparan) dengan kepala manusia dan bertubuh ular.
Sang Buddha kemudian berkata bahwa beliau sendiri telah melihat makhluk peta tersebut pada saat Beliau mencapai Penerangan sempurna. Sang Buddha juga menerangkan bahwa di waktu yang lampau, ada seorang Paccekabuddha yang dihormati oleh banyak orang. Orang-orang pergi ke mengunjungi pondok kediaman beliau harus melalui sebuah ladang. Pemilik ladang tersebut khawatir ladangnya akan rusak disebabkan oleh banyak orang lalu lalang pergi ke pondok, membakar pondok itu. Akibatnya Paccekabuddha itu harus berpindah ke tempat lain. Murid-murid Paccekabuddha menjadi sangat marah kepada pemilik ladang tersebut, mereka memukuli dan membunuhnya.
Pemilik ladang itu dilahirkan kembali di neraka Avici. Kelahirannya saat sekarang ini sebagai makhluk setan, merupakan akibat dari perbuatan buruk yang telah ia lakukan pada masa lampau.
Pada akhir penjelasannya, Sang Buddha berkata, "Sebuah perbuatan buruk tidak langsung berbuah, tetapi akan selalu mengikuti si pembuat kejahatan. Tidak ada yang dapat melarikan diri dari akibat perbuatan jahat."
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:
"Na hi pāpaṃ kataṃ kammaṃ
sajju khīraṃ va mucchati
ḍahantaṃ bālam anveti
bhasmācchanno va pāvako."
Suatu perbuatan jahat yang telah dilakukan tidak segera menghasilkan buah,
seperti air susu yang tidak langsung menjadi dadih;
Demikianlah perbuatan jahat mengikuti orang bodoh,
seperti api membara yang tertutup abu.
Setelah tiba di vihara, Maha Moggallana Thera memberitahu Lakkhana Thera, bahwa beliau tersenyum karena melihat makhluk peta (hantu kelaparan) dengan kepala manusia dan bertubuh ular.
Sang Buddha kemudian berkata bahwa beliau sendiri telah melihat makhluk peta tersebut pada saat Beliau mencapai Penerangan sempurna. Sang Buddha juga menerangkan bahwa di waktu yang lampau, ada seorang Paccekabuddha yang dihormati oleh banyak orang. Orang-orang pergi ke mengunjungi pondok kediaman beliau harus melalui sebuah ladang. Pemilik ladang tersebut khawatir ladangnya akan rusak disebabkan oleh banyak orang lalu lalang pergi ke pondok, membakar pondok itu. Akibatnya Paccekabuddha itu harus berpindah ke tempat lain. Murid-murid Paccekabuddha menjadi sangat marah kepada pemilik ladang tersebut, mereka memukuli dan membunuhnya.
Pemilik ladang itu dilahirkan kembali di neraka Avici. Kelahirannya saat sekarang ini sebagai makhluk setan, merupakan akibat dari perbuatan buruk yang telah ia lakukan pada masa lampau.
Pada akhir penjelasannya, Sang Buddha berkata, "Sebuah perbuatan buruk tidak langsung berbuah, tetapi akan selalu mengikuti si pembuat kejahatan. Tidak ada yang dapat melarikan diri dari akibat perbuatan jahat."
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:
"Na hi pāpaṃ kataṃ kammaṃ
sajju khīraṃ va mucchati
ḍahantaṃ bālam anveti
bhasmācchanno va pāvako."
Suatu perbuatan jahat yang telah dilakukan tidak segera menghasilkan buah,
seperti air susu yang tidak langsung menjadi dadih;
Demikianlah perbuatan jahat mengikuti orang bodoh,
seperti api membara yang tertutup abu.