Tuesday 31 August 2010

Kisah Ratu Mallika (Dhammapada 11: 151)

XI. Jara Vagga - Usia Tua

(151) Kereta kerajaan yang indah sekalipun pasti akan lapuk,
demikian pula tubuh ini akan menjadi tua.
Tetapi `Ajaran` (Dhamma) orang suci tidak akan lapuk.
Ini adalah kebenaran sesungguhnya,
demikianlah orang suci menyatakan di antara sesamanya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Suatu hari, Ratu Mallika pergi ke kamar mandi mencuci wajah, kaki dan tangannya. Anjing peliharaannya juga ikut masuk. Ketika dia  membungkuk untuk mencuci kakinya, anjing itu mencoba berhubungan kelamin dengannya, dan ratu merasa terhibur dan agak senang. Raja masuk melihat kejadian ini lewat jendela kamarnya, ketika ratu masuk, dia berkata dengan marah, "Oh kamu wanita hina! Apa yang kamu lakukan dengan anjing itu di kamar mandi? Jangan menyangkal apa yang saya lihat dengan mataku sendiri."

Ratu menjawab bahwa dia hanya mencuci muka, tangan dan kakinya, tidak melakukan kesalahan apapun. Kemudian dia melanjutkan, "Tetapi, ruangan itu sangat aneh, jika seseorang masuk ke ruangan itu, bagi orang yang melihat dari jendela ini akan muncul menjadi dua gambaran. Jika anda tidak mempercayaiku. Raja, silahkan masuk ke ruangan itu dan saya akan melihat lewat jendela."

Raja pergi ke kamar mandi. Ketika dia keluar, Mallika bertanya kepada raja mengapa dia berlaku tidak pantas dengan seekor kambing betina di kamar itu. Raja menyangkal, tetapi ratu bersikeras bahwa dia melihat mereka dengan mata sendiri. Raja kebingungan tetapi karena lamban dalam berpikir, dia menerima penjelasan dari ratu dan menyimpulkan bahwa kamar mandi itu benar-benar sangat aneh.

Sajak saat itu, ratu sangat menyesal karena telah berbohong pada raja dan tanpa malu telah menuduh raja berlaku tidak pantas dengan seekor kambing betina. Penyesalan ini terus ada dalam pikiran ratu. Hingga menjelang saat kematiannya, ia lupa akan kemurahan hati yang sangat besar (mereka banyak berdana kepada Buddha Dhamma Sangha dan orang yg membutuhkan) yang dia lakukan bersama raja, dan ia hanya ingat bahwa dia telah bersikap tidak jujur terhadap raja. Sebagai akibatnya, setelah meninggal dunia dia dilahirkan di alam neraka (niraya).

Setelah pembakaran mayat Mallika usai, raja hendak bertanya kepada Sang Buddha, di mana dia dilahirkan kembali. Sang Buddha ingin menjaga perasaan raja, dan juga tidak ingin raja berkurang keyakinannya terhadap Dhamma, Beliau meniatkan agar pertanyaan itu tidak ditanyakan kepada Beliau, dan Raja Pasenadi lupa bertanya pada Sang Buddha.

Setelah tujuh hari di alam neraka (niraya), ratu dilahirkan kembali di surga Tusita. Pada hari yang sama, Sang Buddha pergi ke istana Raja Pasenadi untuk menerima dana makanan dan. Beliau mengindikasikan mau beristirahat di bangsal tempat kereta kerajaan disimpan. Setelah mempersembahkan dana makanan, raja bertanya kepada Sang Buddha, dimana Ratu Mallika dilahirkan kembali, dan Sang Buddha menjawab, "Mallika telah dilahirkan di surga Tusita."

Mendengar hal ini raja sangat gembira dan berkata, "Selain di surga Tusita, di mana lagi dia dapat dilahirkan? Dia selalu berpikir untuk berbuat kebajikan, selalu berpikir apa yang akan dipersembahkan kepada Sang Buddha esok hari. Bhante, sekarang ia telah pergi, saya, murid-Mu yang rendah ini, hampir tidak tahu apa yang harus dikerjakan."

Kepada raja Sang Buddha berkata, "Lihat pada kereta ayahmu dan kakekmu, semua ini telah aus terpakai dan tergeletak tanpa guna, sama halnya seperti tubuhmu yang berada dalam cengkeraman kematian dan kelapukan. Hanya Dhamma yang mulia, tidak berada dalam cengkeraman kelapukan."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:

“Jīranti ve rājarathā sucittā
atho sarīram pi jaraṃ upeti
satañ ca dhammo na jaraṃ upeti
santo have sabbhi pavedayanti”

Kereta kerajaan yang indah sekalipun pasti akan lapuk,
demikian pula tubuh ini akan menjadi tua.
Tetapi `Ajaran` (Dhamma) orang suci tidak akan lapuk.
Ini adalah kebenaran sesungguhnya, 
demikianlah orang suci menyatakan di antara sesamanya.