Sunday 15 August 2010

Kisah Raja Suddhodana (Dhammapada 13 : 168-169)

XIII. Loka Vagga – Dunia

(168) Bangun! Jangan lengah!
Tempuhlah kehidupan benar.
Barang siapa menempuh kehidupan benar,
maka ia akan hidup bahagia di dunia ini maupun di dunia selanjutnya.

(169) Hendaklah seseorang hidup sesuai dengan Dhamma
dan tak menempuh cara-cara jahat.
Barang siapa hidup sesuai Dhamma,
maka ia akan hidup bahagia di dunia ini maupun di dunia selanjutnya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------

Ketika Sang Buddha kembali mengunjungi Kapilavatthu untuk pertama kalinya Beliau tinggal di Vihara Nigrodharama. Di sana Beliau menjelaskan Dhamma kepada sanak saudaranya. Raja Suddhodana berpikir bahwa Buddha Gotama, yang adalah anaknya sendiri, tidak akan pergi ke tempat lain, tetapi pasti akan datang di istananya untuk menerima dana makanan pada hari berikutnya; tetapi ia tidak dengan resmi mengundang Sang Buddha datang untuk menerima dana makanan. Bagaimanapun, pada hari berikutnya, ia menyediakan dana makanan untuk dua puluh ribu bhikkhu. Pada pagi hari itu Sang Buddha berjalan untuk menerima dana makanan bersama dengan rombongan para bhikkhu, seperti kebiasaan semua Buddha.

Yasodhara, istri Pangeran Siddhattha sebelum beliau meninggalkan hidup keduniawian, melihat Sang Buddha berjalan untuk menerima dana makanan dari jendela istana. Dia memberitahukan ayah mertuanya, Raja Suddhodana, dan sang raja tergesa-gesa menghampiri Sang Buddha. Raja berkata kepada Sang Buddha bahwa untuk seorang kasta Khattiya (Kshatria), berkeliling meminta makanan dari pintu ke pintu adalah memalukan. Kemudian Sang Buddha menjawab bahwa itu merupakan kebiasaan semua Buddha untuk berkeliling menerima dana makanan dari rumah ke rumah, dan oleh karena itu adalah benar dan layak bagi Beliau untuk tetap menjaga tradisi itu.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:

"Uttiṭṭhe na-ppamajjeyya dhammaṃ sucaritaṃ care,
dhammacārī sukhaṃ seti asmiṃ loke paramhi ca.

Dhammaṃ care sucaritaṃ na naṃ duccaritaṃ care,
dhammacārī sukhaṃ seti asmiṃ loke paramhi ca”

Bangun! Jangan lengah!
Tempuhlah kehidupan benar.
Barang siapa menempuh kehidupan benar,
maka ia akan hidup bahagia
di dunia ini maupun di dunia selanjutnya.

Hendaklah seseorang hidup sesuai dengan Dhamma
dan tak menempuh cara-cara jahat.
Barang siapa hidup sesuai Dhamma,
maka ia akan hidup bahagia di dunia ini
maupun di dunia selanjutnya.

Raja Suddhodana mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.