Monday, 26 July 2010

Kisah Mara (Dhammapada 15 : 200)

XV. Sukha Vagga – Kebahagiaan

(200) Sungguh bahagia hidup kita ini
tanpa memiliki suatu apapun
seperti dewa-dewa di alam abhassara
yang hidup dari kegembiraan (piti) sebagai makanan
---------------------------------------------------------------------------------------------

Pada suatu kesempatan, Sang Buddha dengan kemampuan batin luar biasa Beliau, melihat lima ratus gadis dari desa Pancasala yang akan mencapai tingkat kesucian sotapatti. Oleh karena itu, Sang Buddha pergi dan tinggal di dekat desa tersebut. Kelima ratus gadis pergi mandi ke sungai; setelah selesai mandi mereka pergi ke desa dengan berpakaian lengkap, karena hari itu adalah hari festival.

Pada waktu bersamaan, Sang Buddha memasuki desa Pancasala untuk berpindapatta, tetapi tidak seorangpun penduduk desa memberi dana kepada Sang Buddha karena mereka telah dipengaruhi oleh Mara.

Pada saat perjalanan pulang Sang Buddha bertemu dengan Mara, yang dengan cepat bertanya pada Sang Buddha apakah Sang Buddha sudah menerima dana makanan cukup.

Sang Buddha melihat kedatangan Mara bersamaan dengan kegagalan Beliau untuk mendapatkan dana makanan pada hari itu dan berkata, "Kamu Mara jahat, adalah kamu yang menyuruh penduduk desa untuk menolak saya. Karena kau telah mempengaruhi mereka untuk tidak memberi dana makanan pada saya. Betul tidak ?"

Mara tidak menjawab pertanyaan itu, tetapi dia berpikir akan memperolok Sang Buddha dengan membujuknya kembali ke desa, sehingga penduduk desa akan menghina Sang Buddha dengan memperolok-olokNya. Maka Mara menyarankan, "O Buddha, mengapa Engkau tidak kembali ke desa lagi? Kali ini Engkau pasti akan mendapatkan makanan."

Sejenak kemudian, kelima ratus gadis desa tiba di tempat itu dan menghormat Sang Buddha. Di tengah kehadiran mereka, Mara mengejek Sang Buddha, "O Buddha, Engkau tidak menerima dana makanan pagi ini, Engkau pasti merasa sakit karena kelaparan!"

Kepada Mara, Sang Buddha menjawab, "O Mara jahat, meskipun kami tidak mendapatkan makanan, seperti Brahma Abhassara yang hidup dengan kepuasan yang sangat menyenangkan (piti) dan kebahagiaan (sukha) pemusatan pikiran (jhana), kami hidup dengan kepuasan yang menyenangkan dan kabahagiaan Dhamma."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

"Susukhaṃ vata jīvāma yesan no n’ atthi kiñcanaṃ,
pītibhakkhā bhavissāma devā ābhassarā yathā."

Sungguh bahagia hidup kita ini
tanpa memiliki suatu apapun
seperti dewa-dewa di alam abhassara
yang hidup dari kegembiraan (piti) sebagai makanan

Lima ratus gadis mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.