Saturday 3 July 2010

Kisah Enam Bhikkhu (Dhammapada 17 : 231-234)

XVII. Kodha Vagga – Kemarahan

(231) Hendaknya orang selalu menjaga rangsangan jasmani,
hendaknya ia selalu mengendalikan jasmaninya.
Setelah menghentikan perbuatan-perbuatan jahat melalui jasmani,
hendaknya ia giat melakukan perbuatan-perbuatan baik melalui jasmani.
 
(232) Hendaknya orang selalu menjaga rangsangan ucapan,
hendaknya ia mengendalikan ucapannya.
Setelah menghentikan perbuatan-perbuatan jahat melalui ucapan,
hendaknya ia giat melakukan perbuatan-perbuatan baik melalui ucapan.
 
(233) Hendaknya orang selalu menjaga rangsangan pikiran,
hendaknya ia mengendalikan pikirannya.

Setelah menghentikan perbuatan-perbuatan jahat melalui pikiran,
hendaknya ia giat melakukan perbuatan-perbuatan baik melalui pikiran.
 
(234) Para bijaksana terkendali perbuatan, ucapan, dan pikirannya.
Sesungguhnya mereka itu benar-benar telah dapat menguasai diri.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Enam bhikkhu dengan mengenakan sandal kayu, serta masing-masing memegang tongkat pada kedua tangannya, berjalan mondar-mandir pada sebuah batu yang besar, sehingga menimbulkan suara keras. Sang Buddha mendengar suara ribut itu dan bertanya kepada Ananda Thera, apa yang terjadi. Ananda Thera menjelaskan perihal perilaku enam bhikkhu tersebut. Kemudian Sang Buddha melarang para bhikkhu untuk menggunakan sandal kayu. Selanjutnya Beliau menganjurkan para bhikkhu agar mengendalikan diri mereka; baik dalam ucapan maupun perbuatannya.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini :

"Kāyappakopaṃ rakkheyya kāyena saṃvuto siyā,
kāyaduccaritaṃ hitvā kāyena sucaritaṃ care.

Vacīpakopaṃ rakkheyya vācāya saṃvuto siyā,
vacīduccaritaṃ hitvā vācāya sucaritaṃ care.

Manopakopaṃ rakkheyya manasā saṃvuto siyā,
manoduccaritaṃ hitvā manasā sucaritaṃ care.

Kāyena saṃvutā dhīrā atho vācāya saṃvutā
manasā saṃvutā dhīrā te ve suparisaṃvutā."

Hendaknya orang selalu menjaga rangsangan jasmani,
hendaknya ia selalu mengendalikan jasmaninya.
Setelah menghentikan perbuatan-perbuatan jahat melalui jasmani,
hendaknya ia giat melakukan perbuatan-perbuatan baik melalui jasmani.

Hendaknya orang selalu menjaga rangsangan ucapan,
hendaknya ia mengendalikan ucapannya.
Setelah menghentikan perbuatan-perbuatan jahat melalui ucapan,
hendaknya ia giat melakukan perbuatan-perbuatan baik melalui ucapan.

Hendaknya orang selalu menjaga rangsangan pikiran,
hendaknya ia mengendalikan pikirannya.
Setelah menghentikan perbuatan-perbuatan jahat melalui pikiran,
hendaknya ia giat melakukan perbuatan-perbuatan baik melalui pikiran.

Para bijaksana terkendali perbuatan, ucapan, dan pikirannya.
Sesungguhnya mereka itu benar-benar telah dapat menguasai diri.