Saturday, 12 June 2010

Kisah Seorang Nelayan Bernama Ariya (Dhammapada 19 : 270)

XIX. Dhammattha Vagga - Orang Adil

(270) Seseorang tidak dapat disebut Ariya (orang mulia)
apabila masih menyiksa makhluk hidup.
Ia yang tidak lagi menyiksa makhluk-makhluk hiduplah 
yang dapat dikatakan mulia.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Suatu ketika, ada seorang nelayan yang tinggal di dekat gerbang Utara kota Savatti. Suatu hari, melalui kemampuan batin luar biasa, Sang Buddha melihat bahwa telah tiba saatnya bagi nelayan itu untuk mencapai tingkat kesucian sotapatti.

Maka dalam perjalanan pulang dari berpindapatta, Sang Buddha bersama dengan para bhikkhu berhenti di dekat tempat Ariya sedang menangkap ikan. Ketika nelayan itu melihat Sang Buddha, ia melemparkan alat penangkap ikannya kemudian datang dan berdiri di dekat Sang Buddha. Sang Buddha mulai menanyakan nama-nama para bhikkhu di hadapan si nelayan, dan akhirnya, Beliau menanyakan nama nelayan itu.

Ketika si nelayan menjawab bahwa namanya adalah Ariya, Sang Buddha berkata, bahwa Orang yang Mulia (Ariya artinya : orang yang mulia) tidak melukai makhluk hidup apapun, tetapi karena si nelayan membunuh ikan-ikan maka ia tidak layak menyandang nama Ariya.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

"Na tena ariyo hoti yena pāṇāni hiṃsati,
ahiṃsā sabbapāṇānaṃ ariyo ti pavuccati."

Seseorang tidak dapat disebut Ariya (orang mulia)
apabila masih menyiksa makhluk hidup.
Ia yang tidak lagi menyiksa makhluk-makhluk hiduplah
yang dapat dikatakan mulia.

Nelayan Ariya mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.