Saturday, 26 June 2010

Kisah Lima Murid Awam (Dhammapada 18 : 246-248)

XVIII. Mala Vagga – Noda-noda

(246) Barang siapa membunuh makhluk hidup,
suka berbicara tidak benar,
mengambil apa yang tidak diberikan,
merusak kesetiaan istri orang lain,

(247) Atau menyerah pada minuman yang memabukkan; 

maka di dunia ini 
orang seperti itu 
bagaikan menggali kubur bagi dirinya sendiri.

(248) Orang baik, 

ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak mudah mengendalikan hal-hal yang jahat.
Jangan biarkan keserakahan dan kejahatan 
menyeretmu ke dalam penderitaan yang tak berkesudahan.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
 

Suatu ketika, lima murid awam melaksanakan hari puasa (Uposatha) di Vihara Jetavana. Sebagian besar dari mereka hanya menjalankan satu atau dua peraturan moral (sila) saja dari `Lima Peraturan Moral` (Pancasila). Masing-masing dari mereka yang menjalankan salah satu sila tertentu tersebut menyatakan bahwa sila yang dijalankannya merupakan sila yang paling sulit dan kemudian terjadi perdebatan. Akhirnya, mereka menghadap Sang Buddha dengan membawa masalah ini.

Kepada mereka, Sang Buddha berkata, "Engkau tidak boleh menganggap suatu sila itu mudah atau tidak penting. Setiap sila harus dijalankan dengan sungguh-sungguh. Jangan menganggap ringan sila yang manapun; tidak ada sila yang mudah dijalankan."

Kemudian Sang Buddha membabarkan berikut ini :

"Yo pāṇaṃ atimāpeti musāvādañ ca bhāsati
loke adinnaṃ ādiyati paradārañ ca gacchati,

Surāmerayapānañ ca yo naro anuyuñjati
Idh’ eva-m-eso lokasmiṃ mūlaṃ khanati attano.

Evaṃ bho purisa jānāhi:
pāpadhammā asaññatā,
mā taṃ lobho adhammo ca
ciraṃ dukkhāya randhayuṃ."

Mereka yang membunuh makhluk hidup, suka berbicara tidak benar,
mengambil apa yang tidak diberikan, merusak kesetiaan istri orang lain,

Atau menyerah pada minuman yang memabukkan; maka di dunia ini orang seperti itu
bagaikan menggali kubur bagi dirinya sendiri.

Orang baik, ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak mudah mengendalikan hal-hal yang jahat.
Jangan biarkan keserakahan dan kejahatan menyeretmu ke dalam penderitaan yang tak berkesudahan.

Lima murid awam mencapai tingkat kesucian sotapatti, setelah khotbah Dhamma itu berakhir.