Thursday 3 June 2010

Kisah Lima Bhikkhu Tua (Dhammapada 20 : 283-284)

XX. Magga Vagga - Jalan

(283) O, Para bhikkhu, tebanglah hutan nafsu itu,
karena dari nafsu timbul ketakutan.
Setelah menebang hutan dan belukar nafsu, 
jadilah orang yang tidak lagi memiliki nafsu.

(284) Selama nafsu keinginan laki-laki terhadap wanita belum dihancurkan, 

betapapun kecilnya, 
maka selama itu pula seseorang masih terikat pada kehidupan,
bagaikan seekor anak sapi yang masih menyusu pada induknya.

--------------------------------------------------------------------------------------------

Suatu ketika di Savatthi, terdapat 5 sahabat yang menjadi bhikkhu di usia tua mereka. Telah menjadi kebiasaan bagi 5 bhikkhu tersebut untuk bersama-sama menerima dana makanan tiap hari di rumah lama mereka. Mantan istri salah satu dari mereka, yang bernama Madhurapacika, sangatlah pandai memasak dan ia selalu melayani mereka dengan baik. Karena itu kelima bhikkhu tersebut sering mengujungi rumahnya. Akan tetapi pada suatu hari, Madhurapacika jatuh sakit dan tiba-tiba meninggal dunia. Bhikkhu-bhikkhu tua itu menjadi sangat kehilangan dan bersama-sama mereka menangis, memuji kebaikannya, dan meratapi kepergiannya.

Sang Buddha memanggil para bhikkhu tersebut dan berkata, "Para bhikkhu! Kamu semua merasa sakit dan menderita karena kamu belum terbebas dari keserakahan, kebencian dan kebodohan (lobha, dosa, moha), yang seperti sebuah hutan. Tebanglah hutan itu dan kamu akan terbebas dari keserakahan, kebencian, dan kebodohan."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini :

"Vanaṃ chindatha, mā rukkhaṃ,
vanato jāyatī bhayaṃ,
chetvā vanaṃ vanathañ ca
nibbanā hotha bhikkhavo.

Yāvaṃ hi vanatho na chijjati
aṇumatto pi narassa nārisu
paṭibaddhamano va tāva so
vaccho khīrapako va mātari."

O, Para bhikkhu, tebanglah hutan nafsu itu,
karena dari nafsu timbul ketakutan.
Setelah menebang hutan dan belukar nafsu,
jadilah orang yang tidak lagi memiliki nafsu.

Selama nafsu keinginan laki-laki terhadap wanita belum dihancurkan,
betapapun kecilnya,
maka selama itu pula seseorang masih terikat pada kehidupan,
bagaikan seekor anak sapi yang masih menyusu pada induknya.

Kelima bhikkhu tua mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.