Thursday, 17 June 2010

Kisah Bhaddiya Thera (Dhammapada 19 : 260-261)

XIX. Dhammattha Vagga - Orang Adil

(260) Seseorang tidak disebut "Thera (lebih tua)"
hanya karena rambutnya telah memutih.
Biarpun usianya sudah lanjut, 
dapat saja ia disebut `orang tua yang tidak berguna`.

(261) Orang yang memiliki kebenaran dan kebajikan, 

tidak kejam, terkendali dan terlatih, 
pandai dan bebas dari noda-noda, 
sesungguhnya ia patut disebut Thera.
-------------------------------------------------------------------------------------------------

Ketika berada di vihara Jetavana, Sang Buddha membabarkan syair di atas, berkenaan dengan Bhaddiya Thera. Bhaddiya Thera juga dikenal sebagai Lakundaka Bhaddiya karena badannya yang pendek kecil.

Suatu hari, tiga puluh bhikkhu datang untuk memberikan penghormatan kepada Sang Buddha. Sang Buddha mengetahui bahwa telah tiba saatnya bagi ketiga puluh bhikkhu tersebut untuk mencapai tingkat kesucian arahat.

Maka Beliau bertanya kepada mereka, apakah mereka telah melihat seorang thera saat mereka memasuki ruangan. Mereka menjawab bahwa mereka tidak melihat seorang thera tetapi mereka hanya melihat seorang samanera muda ketika mereka masuk.

Sang Buddha berkata pada mereka, "Para bhikkhu ! Orang tersebut bukanlah samanera, ia adalah seorang bhikkhu senior walaupun badannya kecil dan sangat sederhana. Aku mengatakan bahwa seseorang tidak dapat disebut `thera` hanya karena ia berusia tua dan tampak seperti seorang thera; hanya ia yang memahami ''Empat Kesunyataan Mulia'' dan tidak menyakiti orang lain yang dapat disebut seorang `thera`."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini :

"Na tena thero so hoti yen’ assa phalitaṃ siro,
paripakko vayo tassa moghajiṇṇo ti vuccati.

Yamhi saccañ ca dhammo ca ahiṃsā saññamo damo
sa ve vantamalo dhīro thero ti pavuccati."

Seseorang tidak disebut "Thera (lebih tua)"
hanya karena rambutnya telah memutih.
Biarpun usianya sudah lanjut,
dapat saja ia disebut `orang tua yang tidak berguna`.

Orang yang memiliki kebenaran dan kebajikan,
tidak kejam, terkendali dan terlatih,
pandai dan bebas dari noda-noda,
sesungguhnya ia patut disebut Thera.

Tiga puluh bhikkhu mencapai tingat kesucian arahat setelah khotbah Dhamma itu berakhir.