Wednesday, 16 June 2010

Kisah Beberapa Bhikkhu (Dhammapada 19 : 262-263)

XIX. Dhammattha Vagga - Orang Adil

(262) Bukan hanya karena pandai bicara
atau berpenampilan baik
seseorang dapat menjadi orang yang baik hati,
apabila ia masih bersifat iri, kikir dan licik.

(263) Orang yang telah memotong, 

mencabut dan memutuskan akar sifat iri hati, kekikiran serta dusta; 
maka orang bijaksana yang telah menyingkirkan segala keburukan 
itulah sesungguhnya dapat disebut orang yang baik hati.
--------------------------------------------------------------------------------------------- 

Pada suatu vihara, para bhikkhu muda dan samanera mempunyai kebiasaan mengunjungi bhikkhu-bhikkhu lebih tua yang merupakan guru mereka. Mereka mencuci dan mencelup jubah, atau melakukan pelayanan kecil lain bagi guru mereka.

Beberapa bhikkhu lain yang melihat hal ini merasa iri hati kepada para bhikkhu senior, dan mereka memikirkan suatu rencana yang akan menguntungkan mereka secara material. Rencana mereka adalah mengusulkan kepada Sang Buddha bahwa para bhikkhu muda dan samanera harus diminta datang kepada mereka untuk diberi perintah dan petunjuk lebih lanjut walaupun mereka telah diajar oleh guru mereka masing-masing.

Sang Buddha, yang mengetahui sepenuhnya tujuan mereka, menolak usul itu. Kepada mereka, Sang Buddha berkata, "Para bhikkhu! Aku tidak mengatakan bahwa engkau baik hati hanya karena engkau mampu berbicara dengan fasih. Hanya dia yang telah menyingkirkan sifat iri hati dan semua kejahatan dengan mencapai `Jalan Kesucian Arahat` (arahatta magga) yang dapat disebut orang yang baik hati"

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini :

"Na vākkaraṇamattena vaṇṇapokkharatāya vā
sādhurūpo naro hoti issukī maccharī saṭho,

Yassa c’ etaṃ samucchinnaṃ
mūlaghaccaṃ samūhataṃ
sa vantadoso medhāvī
sādhurūpo ti vuccati."

Bukan hanya karena pandai bicara
dan bukan pula karena memiliki penampilan yang baik
seseorang dapat menyebut dirinya orang yang baik hati,
apabila ia masih bersifat iri, kikir dan licik.

Orang yang telah memotong, mencabut dan memutuskan akar sifat iri hati, kekikiran serta dusta;
maka orang bijaksana yang telah menyingkirkan segala keburukan itulah
sesungguhnya dapat disebut orang yang baik hati.