Monday, 5 April 2010

Kisah Seorang Brahmana (Dhammapada 26 : 386)

XXVI. Brahmana Vagga - Brahmana

(386) Seseorang yang tekun bersemadi, bebas dari noda, tenang,
telah mengerjakan apa yang harus dikerjakan,
bebas dari kekotoran batin dan telah mencapai tujuan akhir (nibbana),
maka ia Kusebut seorang ‘brahmana’.
---------------------------------------------------------------------------------------------

Suatu hari, seorang brahmana berpikir sendiri, "Buddha Gotama menyebut para pengikutnya dengan `brahmana`. Saya adalah seorang brahmana jika dilihat dari kasta saya. Tidakkah saya juga disebut seorang brahmana ?" Setelah berpikir, ia pergi menemui Sang Buddha dan mengutarakan pendapat tersebut.

Kepadanya, Sang Buddha menjawab, "Aku tidak menyebut seseorang sebagai brahmana karena kastanya. Aku hanya menyebut seseorang sebagai brahmana jika ia telah mencapai tingkat kesucian arahat.

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

"Jhāyiṃ virajam āsīnaṃ
katakiccaṃ anāsavaṃ
uttamatthaṃ anuppattaṃ
tam ahaṃ brūmi brāhmaṇaṃ."

Seseorang yang tekun bersamadi, bebas dari noda, tenang,
telah mengerjakan apa yang harus dikerjakan,
bebas dari kekotoran batin dan telah mencapai tujuan akhir (nibbana),
maka ia Kusebut seorang brahmana.

Brahmana itu mencapai tingkat kesucian sotapatti, setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
----------
 

Notes :

Brahmana adalah sebutan bagi orang-orang yang terlahir di kasta Brahmana, dan dianggap layak untuk penghormatan yang tinggi. Biasanya mereka ini paling terpelajar, karena kitab-kitab Veda hanya boleh dipelajari oleh kasta ini. Mereka berkuasa dalam menjalankan upacara ritual, belajar/mengajar kitab Veda.

Dalam Buddhisme, istilah brahmana digunakan untuk merujuk kepada mereka yang telah mencapai ‘tujuan’, untuk menunjukkan bahwa penghormatan tidak dicapai karena kelahiran, suku, atau kasta, tetapi karena pencapaian spiritual. Istilah Brahmana juga digunakan untuk merujuk kepada orang yang menjalani kehidupan suci, bahkan sering digunakan untuk merujuk kepada arahat.