Sunday 4 April 2010

Kisah Ananda Thera (Dhammapada 26 : 387)

XXVI. Brahmana Vagga - Brahmana

(387) Matahari bersinar di waktu siang.
Bulan bercahaya di waktu malam.
Ksatria gemerlapan dengan seragam perangnya.
Brahmana bersinar terang dalam semadi.
Tetapi, Sang Buddha (Ia yang telah mencapai Penerangan Sempurna)
bersinar dengan penuh kemuliaan sepanjang siang dan malam.
-----------------------------------------------------------------------------------------------

Saat itu adalah hari purnama sidhi di bulan ketujuh (Assayuja), ketika Raja Pasenadi dari kerajaan Kosala datang menemui Sang Buddha. Raja tampak gemerlapan dengan pakaian dan tanda-tanda kebesaran kerajaannya. Pada waktu itu Kaludayi Thera juga sedang barada pada ruangan yang sama dan duduk di pinggir kerumunan. Beliau sedang dalam keadaan pencerapan kesadaran yang dalam (jhana). Tubuhnya bersinar terang, dan berwarna keemasan. Di langit, Y.A. Ananda memperhatikan bahwa matahari sedang tenggelam dan bulan baru saja muncul, baik matahari maupun bulan memancarkan cahayanya.

Y.A. Ananda memandang gemerlapnya kemegahan sang raja, sang thera, dan cahaya matahari dan bulan. Akhirnya, Y.A. Ananda melihat Sang Buddha, dan menyadari bahwa cahaya yang bersinar dari Sang Buddha jauh melampaui cahaya dari yang lainnya. Karena melihat Sang Buddha bersinar dalam keagungan dan kemegahan Beliau, Y.A.Ananda segera menghampiri Sang Buddha, dan berkata, "O, Bhante! Cahaya dari tubuh-Mu yang mulia jauh melampaui cahaya dari raja, cahaya dari sang thera, cahaya dari matahari dan cahaya dari bulan."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

"Divā tapati ādicco, rattiṃ ābhāti candimā,
sannaddho khattiyo tapati, jhāyī tapati brāhmaṇo
atha sabbam ahorattiṃ Buddho tapati tejasā."

Matahari bersinar di waktu siang, bulan bercahaya di waktu malam.
Ksatria gemerlapan dengan seragam perangnya, brahmana (arahat) bersinar terang dalam semadi.
Tetapi, Sang Buddha (ia yang telah mencapai Penerangan Sempurna) bersinar
dengan penuh kemulian sepanjang siang dan malam.