Saturday 6 March 2010

Kisah Thera Jotika (Dhammapada 26 : 416b)

BAB XXVI. Brahmana Vagga – Brahmana

(416b) Seseorang yang telah membuang nafsu keinginan
yang telah meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menempuh kehidupan tanpa rumah,
yang telah menghancurkan kemelekatan dan kerinduan,
maka ia Kusebut seorang 'brahmana'.
-------------------------------------------------------------------------------------------

Jotika adalah seorang hartawan yang terkenal dari Rajagaha. Ia tinggal di rumah besar yang megah bertingkat tujuh. Terdapat tujuh buah tembok yang mengelilingi rumah besarnya, masing-masing mempunyai pintu masuk yang dijaga oleh yakkha. Ketenaran kekayaannya menyebar jauh dan luas, dan banyak orang datang untuk melihat rumah besarnya.

Pada suatu kesempatan, Raja Bimbisara datang mengunjungi Jotika bersama anaknya, Ajatasattu. Ketika melihat kemegahan rumah besar Jotika dan membandingkan dengan istana ayahnya yang terbuat dari kayu, Ajatasattu bersumpah bahwa ia tidak akan memperbolehkan Jotika untuk tinggal di rumah besar yang bagus sekali seperti ini kalau kelak ia menjadi Raja. Pada saat keberangkatan Raja dari rumahnya, Jotika memberi kenang-kenangan kepada Raja berupa sebuah batu delima besar yang tak ternilai harganya. Ini adalah kebiasaan Jotika untuk memberi hadiah kepada semua pengunjung yang datang untuk menemuinya.

Ketika Ajatasattu naik tahta setelah membunuh ayahnya, ia datang dengan tentaranya untuk mengambil rumah besar milik Jotika dengan paksa. Tetapi karena semua gerbang dikawal ketat oleh para yakkha, Ajatasattu dan para pasukannya harus menarik diri. Ajatasattu melarikan diri ke Vihara Veluvana dan menemukan Jotika sedang mendengarkan khotbah yang diberikan oleh Sang Buddha. Melihat Jotika yang berada pada kaki Sang Buddha, Ajatasattu berseru, "Setelah membuat pengawalmu bertarung melawanku, engkau sekarang berpura-pura untuk mendengarkan khotbah!". Jotika menyadari bahwa raja telah pergi untuk mengambil alih tempatnya dengan paksa dan ia telah dipaksa untuk mundur.

Pada salah satu kelahirannya yang terdahulu, Jotika telah membuat hasrat yang sungguh-sungguh bahwa harta miliknya tidak boleh diambil darinya berlawanan dengan kehendaknya, dan kehendak ini telah dipenuhi. Jadi Jotika berkata kepada Raja Ajatasattu, 'O, Raja! Harta milikku tidak dapat diambil berlawanan dengan kehendakku."

Setelah berkata seperti ini, ia mengulurkan kesepuluh jari tangannya dan meminta sang Raja untuk mengambil dua puluh cincin yang sedang dipakainya pada jari-jari tangannya. Sang Raja berusaha keras untuk mengambilnya tetapi ia tidak berhasil. Kemudian Jotika menyuruh sang Raja untuk membentangkan selembar kain, dan ketika Jotika menaruh jari-jarinya pada kain tersebut, semua cincinnya dengan mudah terlepaskan.

Setelah memberikan semua cincinnya kepada Raja Ajatasattu, Jotika memohon kepada Sang Buddha supaya ia diijinkan masuk dalam pasamuan bhikkhu. Segera setelah memasuki pasamuan, Jotika mencapai tingkat kesucian arahat. Tepat disaat ia mencapai kearahatan, semua kekayaan duniawinya lenyap.

Suatu hari, ketika para bhikkhu yang lain bertanya kepadanya apakah ia tidak lagi mempunyai nafsu keinginan yang tersisa pada dirinya, kepada rumah besarnya, kekayaannya, dan istrinya? Ia menjawab bahwa ia tidak lagi mempunyai nafsu keinginan pada semuanya itu. Para bhikkhu kemudian pergi menemui Sang Buddha dan berkata, "Bhante! Jotika Thera menegaskan dirinya telah mencapai tingkat kesucian arahat; ia berkata tidak benar."

Kepada mereka Sang Buddha berkata, "Para bhikkhu ! Jotika berbicara yang sebenarnya; ia tidak lagi mempunyai nafsu keinginan di dalam dirinya. Ia sekarang adalah seorang arahat."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

“Yo'dha taṇhaṃ pahatvāna
anāgāro paribbaje
taṇhābhavaparikkhīṇaṃ
tam ahaṃ brūmi brāhmaṇaṃ.”

Seseorang yang telah membuang nafsu keinginan
yang telah meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menempuh kehidupan tanpa rumah, yang telah menghancurkan kemelekatan dan kerinduan,
maka ia Kusebut seorang 'brahmana'.
---------

Notes :

Kisah 416a dan 416b memiliki syair yang sama.