Sunday, 12 September 2010

Kisah Para Wanita yang Melaksanakan Atthasila (Dhammapada 10 : 135)

X. Danda Vagga - Hukuman

(135) Bagaikan seorang penggembala menghalau sapinya
dengan tongkat ke padang rumput,
begitu juga umur tua dan kematian menghalau kehidupan setiap makhluk.
----------------------------------------------------------------------------------------------------

Suatu ketika lima ratus wanita dari Savatthi berkunjung ke Vihara Pubbarama untuk melaksanakan tekad peraturan moral uposatha. Pendiri vihara itu, Visakha yang terkenal, bertanya kepada kelompok-kelompok wanita itu mengapa mereka datang untuk melaksanakan kewajiban hari uposatha.

Visakha memperoleh jawab berbeda-beda dari kelompok-kelompok wanita yang berbeda jenjang usianya, karena mereka datang dengan alasan yang bermacam-macam.

Kelompok wanita yang usianya sudah tua melaksanakan kewajiban hari uposatha karena berharap memperoleh keuntungan/rejeki dan kebahagiaan surgawi lahir kembali sebagai dewa setelah meninggal dunia.

Kelompok wanita usia setengah baya karena tidak ingin tinggal bersama dalam satu rumah dengan istri lain dari suami mereka.

Kelompok wanita yang baru menikah berharap mendapatkan anak pertama laki-laki, dan kelompok wanita yang belum menikah berharap bisa menikah dengan suami yang baik.

Mendapat jawab seperti itu, Visakha membawa para wanita tersebut menghadap Sang Buddha. Ketika Visakha memberitahukan kepada Sang Buddha tentang jawaban yang bermacam-macam dari kelompok-kelompok wanita itu, Sang Buddha berkata, "Visakha! Kelahiran, proses penuaan, dan kematian selalu terjadi pada setiap makhluk hidup; karena seseorang dilahirkan, ia akan menjadi subjek dari penuaan dan kelapukan, dan akhirnya kematian. Saat ini para wanita itu belum mengharapkan kebebasan dari lingkaran tumimbal lahir (samsara), mereka masih menyukai dan terikat dengan lingkaran tumimbal lahir (samsara)."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:

"Yathā daṇḍena gopālo gāvo pāceti gocaraṃ
evaṃ jarā ca maccu ca āyuṃ pācenti pāṇinaṃ."

Bagaikan seorang penggembala menghalau sapinya
dengan tongkat ke padang rumput,
begitu juga umur tua dan kematian menghalau kehidupan setiap makhluk.

--------

Notes :

Hari Uposatha, umumnya jatuh setiap tanggal 1, 8, 15, 23 dalam penanggalan bulan.

Pada hari-hari ini, umat awam yang berbakti, berusaha melatih diri dengan menjalankan Atthasila, membawa persembahan ke vihara dan mengisi waktu mereka di vihara dengan belajar dhamma dan meditasi.

Atthasila (8 sila) terdiri dari :
  1. Panatipata veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil sila menahan diri dari membunuh makhluk lain)
  2. Adinnadana veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil sila menahan diri dari mengambil apa yang tidak diberikan)
  3. Abrahmacariya veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil sila menahan diri dari aktivitas seksual).
* Perhatikan, ini berbeda dengan pancasila biasa, dimana hanya hubungan seks yang tidak benar, sementara dalam atthasila, sama sekali tidak melakukan aktivitas seksual.
  1. Musavada veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil sila menahan diri dari berkata yang tidak benar)
  2. Suramerayamajja pamadatthana veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil sila menahan diri dari mengkonsumsi minuman keras dan zat lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan)
  3. Vikalabhojana veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil sila menahan diri dari makan pada waktu yang tidak tepat). *yaitu tidak makan setelah lewat tengah hari sampai dengan esok paginya.
  4. Nacca-gita-vadita-visukkadassana mala-gandha-vilepana-dharana-mandana-vibhusanathana veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil sila menahan diri dari menari, bernyanyi, mendengarkan musik, pergi melihat hiburan, memakai perhiasan, memakai parfum, dan memakai kosmetik)
  5. Uccasayana-mahasayana veramani sikkhapadam samadiyami (saya mengambil sila menahan diri dari berbaring di tempat yang tinggi dan mewah)

Tujuan dari melatih sila-sila diatas adalah untuk mencegah kita melakukan karma buruk dan untuk mengurangi keinginan duniawi, kemelekatan terhadap hal-hal yang memanjakan nafsu kita.

Atthasila ini juga dilaksanakan baik oleh umat Theravada maupun umat Mahayana.

Ada pula sebagian kecil umat mahayana yang bervegetarian pada saat ce-it cap-go (tgl 1 dan tgl 15 penanggalan bulan). Ini adalah usaha yang baik untuk mulai mencoba melatih diri dan mengurangi nafsu. Semoga dapat ditingkatkan lagi lebih lanjut, entah berupa full atthasila plus vegetarian di hari uposatha, ataupun bervegetarian lebih sering lagi.

Dalam Visakhuposatha Sutta (Anguttara Nikaya 8:43) yaitu sutta / khotbah kepada Visakha tentang Uposatha, Sang Buddha menyebutkan manfaat menjalankan Uposatha dan Atthasila.

Yaitu dapat terlahir kembali di alam surga Catummaharajika dimana satu hari disana sama dengan 50 tahun manusia, (30 hari dalam sebulan, dan 12 bulan dalam setahun) dan umur kehidupan disana rata-rata adalah 500 tahun. Jadi rentang umur para dewa di Catummaharajika itu = 50 thn manusia x 30 hari x 12 bulan x 500 tahun = 9.000.000 tahun manusia.

Atau dapat dapat terlahir di alam surga Tavatimsa, dimana 1 hari disana = 100 tahun manusia di bumi. Rentang umur disana rata-rata 1000 tahun. Jadi = 100 thn manusia x 30 x 12 x 1000 = 36 juta tahun manusia.

Atau dapat terlahir di alam dewa Yama, dimana 1 hari disana = 200 tahun manusia. Rentang umur disana rata-rata 2000 tahun. Jadi = 200 x 30 x12 x 2000 = 144 juta tahun manusia.

Atau dapat terlahir di alam dewa Tusita, dimana 1 hari disana = 400 tahun manusia. Rentang umur disana rata-rata 4000 tahun. Jadi = 400 x 30 x 12 x 2000 = 576 juta tahun manusia.

Atau dapat terlahir di alam dewa Nimmanarati, dimana 1 hari disana = 800 tahun manusia. Rentang umur disana rata-rata 8000 tahun. Jadi = 800 x 30 x 12 x 8000 = 2.304.000.000 tahun manusia.

Atau dapat terlahir di alam dewa Paranimmitavasavatti, dimana 1 hari disana = 1600 tahun manusia. Rentang umur disana rata-rata 16000 tahun. Jadi = 1600 x 30 x 12 x 16000 =
9.216.000.000 tahun manusia.

Tetapi, perlu diingat, walaupun rentang umur disana panjang sekali bahkan rasanya seperti abadi, setelah kebajikan yang menyebabkan kelahiran disana telah habis, yang bersangkutan akan dilahirkan kembali di alam alam lain sesuai dengan karmanya. Masih belum terbebaskan dari lingkaran tumimbal lahir yang tiada putusnya (samsara). Makanya Sang Buddha mengatakan para wanita itu masih menyukai samsara karena mereka masih belum timbul keinginannya untuk membebaskan diri dari samsara.

Visakha sendiri, dikatakan, setelah kematiannya pada umur 120 tahun, beliau dilahirkan kembali di alam Nimmanarati sebagai istri Sunimmita, pemimpin para dewa di alam Nimmanarati.

Kelahiran di alam bahagia, memang sangat baik apalagi jika dibandingkan dengan kelahiran kembali di alam rendah. Akan lebih baik lagi jika tujuan kita tidak cuma stop sampai di surga saja, karena kita tahu bahwa surga pun masih belum lepas dari samsara. Semoga timbul keinginan yang lebih luhur lagi, yaitu mencapai kebebasan seperti para Ariya, yaitu mencapai Nibbana.