Friday 24 September 2010

Kisah Bhikkhu Yang Ceroboh (Dhammapada 9 : 121)

IX. Papa Vagga - Kejahatan 

(121) Jangan meremehkan kejahatan walaupun kecil, dengan berpikir:
"Perbuatan jahat tidak akan membawa akibat".
Bagaikan sebuah tempayan akan terisi penuh oleh air
yang jatuh setetes demi setetes,
demikian pula orang bodoh sedikit demi sedikit memenuhi dirinya
dengan kejahatan.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ada seorang bhikkhu, setelah menggunakan barang-barang perabotan, seperti dipan, kursi panjang, dan peralatan milik vihara, meninggalkannya begitu saja barang-barang itu di halaman, tidak mengembalikannya ke tempat semula, sehingga terkena hujan dan matahari, dan menjadi sarang semut-semut putih. Ketika bhikkhu-bhikkhu lain menegurnya karena kebiasaannya yang tidak bertanggung jawab, dia akan menjawab dengan ketus :

"Saya tidak mempunyai maksud untuk menghancurkan barang-barang tersebut, lagipula barang-barang itu hanya mengalami kerusakan kecil", dan lain-lain. Selanjutnya dia meneruskan kebiasaan yang sama.

Ketika Sang Buddha akhirnya mengetahui hal tersebut, Beliau memanggil bhikkhu tersebut dan berkata kepadanya :

"Kamu seharusnya tidak meremehkan perbuatan buruk, walau sekecil apapun, karena itu akan menjadi besar jika kamu melakukannya sebagai kebiasaan."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:

"Māppamaññetha pāpassa “na man taṃ āgamissati”
udabindunipātena udakumbho pi pūrati,
bālo pūrati pāpassa thokathokam pi ācinaṃ."

Jangan meremehkan kejahatan walaupun kecil, dengan berpikir:
"Perbuatan jahat tidak akan membawa akibat".
Bagaikan sebuah tempayan akan terisi penuh oleh air
yang jatuh setetes demi setetes,
demikian pula orang bodoh sedikit demi sedikit memenuhi dirinya
dengan kejahatan.