Monday, 28 June 2010

Kisah Seorang Pria Yang Istrinya Menyeleweng (Dhammapada 18 : 242-243)

XVIII. Mala Vagga – Noda-noda

(242) Kelakuan buruk adalah noda bagi seorang wanita,
kekikiran adalah noda bagi seorang dermawan.
Sesungguhnya, segala bentuk kejahatan merupakan noda,
baik dalam dunia ini maupun dalam dunia selanjutnya.

(243) Yang lebih buruk dari semua noda adalah kebodohan. 

Kebodohan merupakan noda paling buruk. 
O, para bhikkhu, 
singkirkanlah noda ini dan hiduplah tanpa noda.
-----------------------------------------------------------------------------------------------

Suatu ketika, ada seorang istri yang menyeleweng. Suaminya begitu malu atas kelakuan istrinya sehingga ia tidak berani menemui orang lain; ia juga menghindari Sang Buddha. Setelah beberapa waktu, ia pergi menjumpai Sang Buddha dan Beliau bertanya mengapa laki-laki itu tidak kelihatan selama ini dan iapun menjelaskan semuanya.

Setelah mendengarkan alasan ketidakhadiran laki-laki itu, Sang Buddha berkata, "Murid-Ku, wanita itu seperti sebuah sungai, atau jalan, atau kedai tempat minum, atau rumah peristirahatan, atau kendi air di pinggir jalan, mereka berurusan dengan semua jenis orang. Sesungguhnya, hubungan intim yang salah merupakan penyebab kehancuran seorang wanita."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair dan berikut ini :

"Mal’ itthiyā duccaritaṃ, maccheraṃ dadato malaṃ,
malā ve pāpakā dhammā asmiṃ loke paramhi ca.

Tato malā malataraṃ avijjā paramaṃ malaṃ,
etaṃ malaṃ pahatvāna nimmalā hotha bhikkhavo."

Kelakuan buruk adalah noda bagi seorang wanita,
kekikiran adalah noda bagi seorang dermawan.
Sesungguhnya, segala bentuk kejahatan merupakan noda,
baik dalam dunia ini maupun dalam dunia selanjutnya.

Yang lebih buruk dari semua noda adalah kebodohan.
Kebodohan merupakan noda paling buruk.
O, para bhikkhu, singkirkanlah noda ini
dan hiduplah tanpa noda.

Banyak orang pada saat itu mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma berakhir.

----------------
 

Notes :

Pertama kali aku membaca kisah diatas, timbul pikiran, mengapa wanita disamakan seperti ini dan itu, berurusan dengan berbagai macam orang. Tetapi setelah merenungkan lebih dalam, memang betul, di masa dahulu, dalam mengurus rumah tangga, para wanita mungkin lebih banyak berurusan dengan berbagai pihak dan berurusan dengan lebih banyak orang dibanding suami mereka yang mungkin hanya pergi ke ladang tempat bekerja. Orang-orang asing, atau yang sedang dalam perjalanan, atau pedagang dll dapat dengan leluasa mengetuk rumah-rumah orang untuk meminta air, meminta tempat untuk berteduh dan sebagainya. Karena hal-hal tersebut tentunya kesempatan untuk memiliki affair lebih besar.  Kalau di masa sekarang mungkin sudah agak berbeda, istri yang di rumah lebih sedikit bertemu orang dibandingkan dengan suaminya yang bekerja di luar.

Tidak bisa kita pungkiri, selain wanita baik-baik, ada banyak wanita yang sangat genit dan penuh nafsu. Dan tentu saja, yang dibahas disini adalah wanita yang berkelakuan buruk yang penuh nafsu, karena memang dalam konteks pembahasan mengenai laporan suami yang isterinya menyeleweng.