Monday 14 June 2010

Kisah Seorang Brahmana (Dhammapada 19 : 266-267)

XIX. Dhammattha Vagga - Orang Adil

(266) Seseorang tidak dapat disebut bhikkhu
hanya karena ia mengumpulkan dana makanan dari orang lain.
Selama ia masih bertindak menurut kepercayaan yang tidak sesuai Dhamma
maka ia belum pantas disebut bhikkhu.

(267) Dalam hal ini, seseorang yang telah mengatasi kebaikan dan kejahatan, 

yang menjalankan kehidupan suci 
dan melaksanakan perenungan tentang kelompok-kelompok khandha, 
maka sesungguhnya ia dapat disebut seorang bhikkhu.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Suatu ketika, ada seorang brahmana yang mempunyai kebiasaan berkeliling menerima dana makanan. Suatu hari, ia berpikir, "Samana Gotama telah menyatakan bahwa orang yang hidup dengan cara menerima dana makanan adalah seorang bhikkhu. Dengan demikian, saya juga dapat disebut sebagai seorang bhikkhu." Dengan berpikir seperti itu, ia menghadap Sang Buddha, dan berkata bahwa ia (brahmana itu) dapat juga disebut seorang bhikkhu, karena ia juga pergi menerima dana makanan.

Kepadanya, Sang Buddha berkata, "Brahmana, Aku tidak berkata bahwa engkau seorang bhikkhu hanya karena engkau pergi mengumpulkan dana makanan. Orang yang menganut kepercayaan yang salah dan bertindak sesuai dengan hal itu tidak dapat disebut sebagai seorang bhikkhu. Hanya orang yang melaksanakan perenungan tentang ketidakkekalan, ketidakpuasan, dan keadaan tanpa inti dari gabungan unsur-unsur itulah yang dapat disebut seorang bhikkhu."

Kemudian sang Buddha membabarkan syair berikut ini :

"Na tena bhikkhu hoti yāvatā bhikkhate pare,
vissaṃ dhammaṃ samādāya bhikkhu hoti na tāvatā,

Yo ‘dha puññañ ca pāpañca bāhetvā brahmacariyavā
saṃkhāya loke carati sa ve bhikkhū ti vuccati."

Seseorang tidak dapat disebut bhikkhu hanya karena ia mengumpulkan dana makanan dari orang lain.
Selama ia masih bertindak menurut kepercayaan yang tidak sesuai Dhamma
maka ia belum pantas disebut bhikkhu.

Dalam hal ini, seseorang yang telah mengatasi kebaikan dan kejahatan,
yang menjalankan kehidupan suci dan melaksanakan perenungan
tentang kelompok-kelompok khandha,
maka sesungguhnya ia dapat disebut seorang bhikkhu.

No comments: