Saturday 1 May 2010

Kisah Seekor Induk Babi Muda (Dhammapada 24 : 338-343)

XXIV. Tanha Vagga - Nafsu Keinginan

(338) Sebatang pohon yang telah ditebang
masih akan dapat tumbuh dan bersemi lagi
apabila akar-akarnya masih kuat dan tidak dihancurkan.
Begitu pula selama akar nafsu keinginan tidak dihancurkan,
maka penderitaan akan tumbuh berulang kali.

(339) Orang yang berpandangan salah, 
yang dalam dirinya 36 arus nafsu mengalir deras 
menuju obyek yang menyenangkan, 
akan terseret oleh pikiran yang penuh nafsu itu.

(340) Arus nafsu keinginan mengalir menuju ke segala arah,

tanaman menjalar nafsu keinginan bertunas dan tumbuh merambat.
Melihat tanaman menjalar itu, 

potonglah akar-akarnya dengan pisau kebijaksanaan.

(341) Dalam diri makhluk-makhluk timbul rasa senang mengejar objek-objek indria,
dan mereka menjadi terikat pada keinginan-keinginan indria.
Karena mengejar kenikmatan-kenikmatan indria dan melekat padanya,
mereka menjadi korban kelahiran dan kelapukan.

(342) Makhluk-makhluk yang terikat pada nafsu keinginan, 

berlarian kian kemari seperti seekor kelinci yang terjebak. 
Karena terikat erat oleh belenggu-belenggu dan ikatan-ikatan, 
maka mereka mengalami penderitaan untuk waktu yang lama.

(343) Makhluk-makhluk yang terikat oleh nafsu-nafsu keinginan, 

berlarian kian kemari seperti seekor kelinci yang terjebak. 
Karena itu seorang bhikkhu yang menginginkan kebebasan diri, 
hendaknya ia membuang segala nafsu-nafsu keinginannya.
---------------------------------------------------------------------------------------------- 

Suatu kesempatan, ketika Sang Buddha sedang berpindapatta di Rajagaha, ia melihat seekor induk babi muda yang kotor dan Beliau tersenyum. Ketika ditanya oleh Ananda, Sang Buddha menjawab, "Ananda, babi ini dulunya adalah seekor ayam betina dimasa Buddha Kakusandha. Karena ia tinggal di dekat ruang makan di suatu vihara, ia biasa mendengar pengulangan teks suci dan khotbah Dhamma. Ketika ia mati, ia dilahirkan kembali sebagai seorang putri.

Suatu ketika, saat pergi ke kakus, sang Putri melihat belatung dan ia menjadi sadar akan sifat yang menjijikkan dari tubuh. Ketika ia meninggal dunia, ia dilahirkan kembali di alam Brahma sebagai brahma puthujjana; tetapi kemudian karena beberapa perbuatan buruknya, ia dilahirkan kembali sebagai babi betina. Ananda ! Lihat, karena perbuatan baik dan perbuatan buruk tidak ada akhir dari lingkaran kehidupan."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut ini :

"Yathāpi mūle anupaddave daḷhe
chinno pi rukkho punar eva rūhati
evam pi taṇhānusaye anūhate
nibbattati dukkham idaṃ punappunaṃ

Yassa chattiṃsatī sotā manāpassavanā bhusā
vāhā vahanti duddiṭṭhaṃ saṃkappā rāganissitā

savanti sabbadā sotā, latā ubbhijja tiṭṭhati
tañ ca disvā lataṃ jātaṃ mūlaṃ paññāya chindatha

saritāni sinehitāni ca
somanassāni bhavanti jantuno
te sātasitā sukhesino
te ve jātijarūpagā narā

tasiṇāya purakkhatā pajā
parisappanti saso va bādhito
saññojanasaṅgasattakā
dukkham upenti punappunaṃ cirāya

tasiṇāya purakkhatā pajā
parisappanti saso va bādhito
tasmā tasiṇaṃ vinodaye
bhikkhu ākaṃkha virāgam attano.”

Sebatang pohon yang telah ditebang masih akan dapat tumbuh dan bersemi lagi
apabila akar-akarnya masih kuat dan tidak dihancurkan.
Begitu pula selama akar nafsu keinginan tidak dihancurkan,
maka penderitaan akan tumbuh berulang kali.

Orang yang berpandangan salah, yang dalam dirinya 36* arus nafsu mengalir deras menuju obyek yang menyenangkan, akan terseret oleh pikiran yang penuh nafsu itu.

Arus nafsu keinginan mengalir menuju ke segala arah, tanaman menjalar nafsu keinginan bertunas dan tumbuh merambat.
Melihat tanaman menjalar itu, potonglah akar-akarnya dengan pisau kebijaksanaan.

Dalam diri makhluk-makhluk timbul rasa senang mengejar objek-objek indria,
dan mereka menjadi terikat pada keinginan-keinginan indria.
Karena mengejar kenikmatan-kenikmatan indria dan melekat padanya,
mereka menjadi korban kelahiran dan kelapukan.

Makhluk-makhluk yang terikat pada nafsu keinginan,
berlarian kian kemari seperti seekor kelinci yang terjebak.
Karena terikat erat oleh belenggu-belenggu dan ikatan-ikatan,
maka mereka mengalami penderitaan untuk waktu yang lama.

Makhluk-makhluk yang terikat oleh nafsu-nafsu keinginan,
berlarian kian kemari seperti seekor kelinci yang terjebak.
Karena itu seorang bhikkhu yang menginginkan kebebasan diri,
hendaknya ia membuang segala nafsu-nafsu keinginannya.
---------


Notes :

Yang dimaksud dengan 36 jenis arus nafsu adalah sebagai berikut.
Tanha/craving/nafsu keinginan ada 3 :
-       kāma-taṇhā : nafsu keinginan akan nafsu indria
-       bhava-taṇhā : keinginan untuk “menjadi” atau “ada”
-       vibhava-taṇhā : keinginan untuk “tidak menjadi” atau "tidak ada" atau

Ada 6 landasan (ayatana) internal : yaitu melalui :
mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, pikiran.

Ada 6 landasan (ayatana) external : yaitu melalui :
bentuk/forms, suara/bunyi, bebauan, rasa, sentuhan, dan ide/bentuk-bentuk pikiran.

3 jenis tanha yang melalui 6 landasan internal diatas -> menghasilkan 18 jenis tanha.
3 jenis tanha yang melalui 6 landasan external diatas -> menghasilkan 18 jenis tanha.
Sehingga total ada 36 jenis arus nafsu.