Sunday, 18 April 2010

Kisah Bhikkhu Kokalika (Dhammapada 25 : 363)

XXV. Bhikkhu Vagga - Bhikkhu

(363) Seorang bhikkhu yang mengendalikan lidahnya,
yang berbicara dengan bijaksana dan tidak sombong,
yang dapat menerangkan Dhamma beserta artinya,
maka ia akan kedengaran indah ucapannya.

--------------------------------------------------------------------------------------------

Ketika sedang berada di Vihara Jetavana, Sang Buddha mengucapkan syair ini berkenaan dengan bhikkhu Kokalika.

Bhikkhu Kokalika telah memfitnah dua murid utama Sang Buddha, Sariputta dan Maha Mogallana. Oleh karena perbuatan buruknya itu Kokalika terkena musibah dan meninggal dunia, lahir kembali di alam Neraka Paduma. Mengetahui kejadian itu, para bhikkhu mengatakan bahwa Kokalika telah mengalami penderitaan di alam neraka karena ia tidak  mengendalikan lidahnya.

Kepada para bhikkhu tersebut, Sang Buddha berkata : "Para bhikkhu, seorang bhikkhu hendaknya berusaha mengendalikan lidahnya; tingkah-lakunya harus baik; pikirannya harus tenang, bisa dikendalikan, dan tidak mengejar objek-objek yang menyenangkan."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair  berikut :

"Yo mukhasaññato bhikkhu mantabhāṇī anuddhato
atthaṃ dhammañ ca dīpeti madhuraṃ tassa bhāsitaṃ."

Seorang bhikkhu yang mengendalikan lidahnya,
yang berbicara dengan bijaksana dan tidak sombong,
yang dapat menerangkan Dhamma beserta artinya,
maka manislah ucapannya.
------------

Notes :

Cula Kokalika adalah anak pedagang dari Kokali, dan tinggal di vihara yang dibangun oleh ayahnya di Kokali. Suatu waktu, dua siswa utama Sang Buddha, yaitu Sariputta Thera dan Maha Moggalana Thera menginginkan suasana yang tenang, menghabiskan masa vassa di vihara itu bersama Kokali, dan Kokali berjanji untuk tidak memberitahukan kedatangan mereka kepada para penduduk di sana. Setelah masa vassa, ketika Sariputta & Maha Moggalana Thera hendak berangkat, Kokalika memberitahu penduduk perihal keberadaan Sariputta & Maha Moggalana Thera, dan menyalahkan para penduduk karena tidak menunjukkan penerimaan dan penyambutan mereka.

Para penduduk segera datang membawa banyak macam persembahan; dan persembahan ini ditolak oleh Sariputta & Maha Moggalana Thera, dan Kokalika yang mengharapkan agar persembahan dana itu diberikan kepada dirinya, menjadi kecewa. Kedua Thera berjanji kepada para penduduk untuk mengunjungi mereka lain kali. Ketika kedua Thera itu kembali, mereka membawa sejumlah besar bhikkhu bersamanya, dan para penduduk memberikan penghormatan besar dan memberikan persembahan dana.

Dana tersebut dibagi-bagi diantara para bhikkhu, tetapi Kokalika tidak mendapat bagian. Karenanya ia menjadi kesal dan marah-marah, dan akhirnya kedua Thera pun pergi dari tempat itu. Para penduduk juga menjadi tidak senang, mereka bersikeras Kokalika harus membawa kedua Thera dan semua  bhikkhu kembali, atau Kokalika juga harus pergi dari sana.
Tetapi kedua Thera tidak mau kembali. Kokalika, dengan penuh kemarahan, pergi mencari Sang Buddha di Savatthi dan mengadukan hal ini kepadaNya, mengatakan bahwa kedua Thera itu penuh nafsu keinginan, beritikad buruk dan berambisi buruk. Sang Buddha menasehatinya untuk tidak berkata demikian memfitnah kedua Thera, tetapi Kokalika tetap menuduh kedua Thera sampai 3 kali. Kemudian Kokalika memberi hormat dan pergi meninggalkan Jetavana.

Tak lama, muncul bisul-bisul di seluruh tubuh Kokalika, makin membesar dan pecah, bernanah dan berdarah. Mengerang kesakitan, ia jatuh di gerbang Jetavana. Mantan guru Kokalika, anagami Brahma, Tudu, mendengar teriakan Kokalika dan datang membujuknya untuk meminta maaf kepada kedua Thera. Kokalika malah marah dan menolak mendengar nasehat Brahma Tudu. Akhirnya Kokalika meninggal dunia. Malam itu Brahma Sahampati menghadap kepada Sang Buddha dan memberitahukan kelahiran Kokalika di neraka Paduma.

Kejadian ini cukup terkenal, tercatat di Sutta-pitaka, Brahma Samyutta No. 10; Sutta Nipata, Mahavagga No. 10; Anguttara Nikaya V. 170, and Takkariya Jataka (No. 481).

Perlu diketahui, hal buruk ini terjadi karena Kokalika memfitnah dua orang Arahat. Melakukan karma buruk kepada orang suci, membuahkan hasil buruk yang besar pula. Kedua Thera batinnya telah seimbang, mereka tidaklah marah, mereka juga tidak terpengaruh apakah Kokalika meminta maaf atau tidak, tetapi jika Kokalika meminta maaf akan bermanfaat bagi dirinya sendiri.